Terimakasih, Tuhan, Aku Manusia

Malam ini adalah malam syukur.

Terimakasih karena telah menjadikan saya manusia, Tuhan.

Pada sebuah perjalanan pulang ke kosan, saya melihat banyak kucing berkeliaran. Enak sekali, ya, hidup kalian, pikir saya ketika memperhatikan mereka. Tinggal makan, minum, tidur, dan buang air. Sesederhana itu. Tidak perlu mereka repot-repot mengurusi hal lain atau kucing lain, yang penting dirinya enak.

Tetapi, menjadi kucing yang hidup enak atau tidak, pun, tergantung nasib. Kalau nasib kita baik, kita bisa dilahirkan sebagai kucing rumahan yang disayang oleh sebuah keluarga. Kalau nasib kita jelek, siap-siap mengais tempat sampah setiap hari untuk memenuhi kebutuhan asupan.

Saya tidak pernah membayangkan apabila harus terlahir menjadi selain manusia. Ya, selain manusia. Makhluk (hidup) lain yang selalu kita, manusia, anggap lebih rendah karena katanya kita punya ‘sesuatu’ yang tidak dimiliki mereka.

Menurut ajaran agama mayor, Tuhan menciptakan makhluk hidup dengan dua unsur, materi dan non-materi. Materi yakni tubuh fisik, sedangkan non-materi adalah ruh atau jiwa.

Ketika Tuhan menciptakan ruh atau jiwa untuk masing-masing identitas di jagad raya ini, bukankah ada banyak kemungkinan dan pilihan, ruh kita akan dimasukkan ke tubuh fisik yang mana?

Kita bisa saja menjadi singa yang hidup di tengah padang Afrika, buaya yang selalu mencari mangsa, orang utan yang terancam punah, kucing, kadal, semut, protozoa, atau bakteri dengan ukuran satu per sekian mikron… Eits, jangan salah, mikroorganisme sekecil apapun, mereka berjiwa, lho.

Bahkan kita bisa menjadi tumbuhan yang tidak bergerak, yang akan berpijak di tempat yang sama hingga ribuan tahun, hingga Tuhan memanggil pada saatnya.

Ada banyak kemungkinan!

Dan… Takdir Tuhan membawa ruh kita, yang bisa membaca dan memahami tulisan ini, ke dalam tubuh seorang manusia. Manusia sempurna. Manusia yang bisa memahami ada apa di balik apa. Menjelajah ruang. Menjelajah semesta. Manusia yang tidak hanya merasakan emosi, tetapi mampu mengontrolnya.

Mungkin dengan mengingat anugerah tersebut setiap pagi, akan selalu menambah semangat kita untuk berangkat sekolah, kuliah, atau kerja.

Cheers.

[Etri]

Leave a Comment

Blog di WordPress.com.