Tanaman Cinta

Kecambah cinta bentuknya sangat mungil, benih yang polos dan tak berdaya. Perlahan muncul ke permukaan tanah dan menatap dunia. Kecambah cinta berusaha mencerna segala apa yang ada selain dirinya. Dia menyadari bahwa dia tidak sendiri. Kecambah cinta ditemani oleh air dan matahari, dua sosok pertama yang ada di hadapannya. Dengan bantuan air dan matahari, dia biarkan dirinya menyerap segala energi yang ada untuk tumbuh.

Tanaman cinta beranjak kanak-kanak. Batang dan dahannya masih goyah namun akarnya mencengkram kuat. Cinta mulai mengenal sosok lain di sekelilingnya selain air dan matahari. Ada tanaman lain yang berbeda jenis dengannya serta ada hewan-hewan kecil dan besar. Dunia masih terlihat seperti raksasa baginya. Cinta sangat senang berinteraksi dengan teman-teman barunya dan mulai jarang memedulikan air dan matahari. Cinta tidak tahu, kalau air dan matahari tetap memberikan nutrisi yang dia butuhkan meskipun mereka sudah mulai diabaikan.

Pada saat remaja, ketika pertama kalinya cinta merasakan terpaan angin kencang dan badai, cinta takut. Teman-teman barunya tidak ada yang mau menolongnya. Cinta menghadapi badai sendirian. Hingga pada suatu ketika, ada sesosok hewan kecil hinggap di daunnya. Cinta belum pernah melihat hewan itu seumur hidupnya. Dia punya sayap yang berwarna-warni dan indah, sangat memesona. Entah berdasarkan apa, cinta merasa yakin, sangat yakin, bahwa si makhluk kecil nan indah ini akan menemaninya menghadapi badai.

Namun, ternyata hewan dengan sayap bak bidadari itu tidak tinggal lama. Dia terbang menjauhinya. Cinta sendirian lagi. Setelah kepergian makhluk bersayap indah, cinta selalu murung. Daunnya yang dulu sangat hijau dan bagus, sekarang bolong-bolong karena dimakan ulat. Cinta baru sadar, bahwa hewan kecil yang dulu ia kagumi bertelur di daunnya. Cinta pun harus menahan sakit akibat gigitan ulat-ulat tersebut. Hanya air dan matahari, sosok yang seringkali cinta abaikan, yang paling gigih menguatkan cinta agar cinta bisa kembali ceria dan tumbuh dengan sehat.

Saat dewasa, tanaman cinta begitu kokoh. Akarnya menjalar dalam dan batangnya menjulur tinggi. Dedaunannya yang dulu rusak dimakan ulat kini telah rontok dan berganti dengan yang baru. Cinta sudah mampu mengenali dan mengusir hewan-hewan kecil bersayap bidadari. Cinta tidak mau sakit dua kali. Terkadang cinta menemukan beberapa hewan berhati baik yang menghampirinya, tetapi tak lama mereka selalu pergi. Bersama teman lainnya meninggalkan cinta.

Tanaman cinta tidak bisa hidup sendiri. Meskipun air dan matahari selalu setia menemani, keduanya tahu bahwa cinta membutuhkan sosok lain. Karena itu cinta tetap menunggu. Menunggu hingga datang sosok yang mau tinggal lebih lama, kalau bisa selamanya, bernaung dibawah dahan cinta.


Riwayat tanaman cinta dalam diri setiap orang berbeda-beda. Entah riwayat di atas riwayat tanaman cinta milik siapa. Mungkin milik Anda, mungkin milik saya, mungkin milik sekian persen orang di muka bumi.

Jika cinta diibaratkan dengan tanaman, mungkin sebagian besar daratan di bumi ini masih hijau karena semua orang berbondong-bondong menanam cinta. Karena mereka tahu bagaimana rasanya memiliki cinta. Damai, hangat, dan bahagia.

Di dalam diri bayi hingga orang tua, bibit cinta tumbuh dan menua. Namun, tak jarang cinta mati sebelum sempat menua. Penyebabnya beragam, bisa karena ya itu tadi, ada hewan-hewan yang menggerogoti daunnya, memakannya, atau bisa karena rapuhnya tanaman cinta itu sendiri yang tak tahan dengan derita penyakitnya.

Jika tanaman cinta mati, dari sebagian kecil kasus, dengan tangan air hujan dan belaian matahari yang cukup, tunas cinta yang masih tertinggal mampu tumbuh kembali dan berkembang. Bagaimana dengan sebagian besar kasus? Tidak ada lagi tunas yang tersisa dan habislah riwayat tanaman cinta.

[Etri]

Leave a Comment

Blog di WordPress.com.